Setelah terjun ke dunia Software QA Engineering secara tidak sengaja, Adit Ridharrahman tahu betul apa yang ia senangi dari profesinya. Kali ini, bersama JayJay, pria Bandung ini bercerita tentang bagaimana ia memulai karier dan hal tersulit yang ia hadapi di kala melakukan sebuah testing.
Pengalaman Adit ketika di Bukalapak juga membuatnya makin kaya dengan segudang pengalaman software testing yang menarik dan menantang. Tapi lebih dari itu, pengajar QA kami yang satu ini juga sukses mengantongi lisensi serta sertifikasi keren seperti Cloud Digital Leader dari Google, Selenium Advanced Certification dari LambdaTest, dan sertifikasi «Architecting with Google Kubernetes Engine Specialization.»
Jika kamu ingin beralih ke bidang QA ini dan penasaran mengenai bagaimana keseharian Software QA Engineer beserta tantangan yang dihadapinya, bisa jadi konten ini memang untukmu. Mari simak selengkapnya tentang Adit!
Apa yang menginspirasimu menjadi seorang Software QA engineer, dan bagaimana nih awalnya kamu bisa terjun ke bidang ini?
Sebenarnya lebih ke faktor tidak sengaja. Latar belakang pendidikanku sebenarnya adalah Teknik Elektro, jadi ga kenal apa itu Software Quality Assurance sebelum memasuki di dunia kerja. Beruntungnya, sejak pekerjaan pertama aku memang udah bersinggungan dengan yang namanya programming walaupun tidak menjadi tanggung jawab utamaku.
Singkat cerita, aku pindah dari pekerjaan pertama ke pekerjaan kedua yang disana ada tugas untuk melakukan integrasi dan melakukan testing. Disanalah awal mulanya aku mengenal QA, dan akhirnya keterusan deh sampe sekarang.
Modal awalku jadi QA sebatas karena senang aja untuk melakukan analisa, investigasi, dan mempresentasikan hasilnya. Dan saat itu, aku sama sekali belum kenal dengan istilah teknis seperti Regression Testing, Acceptance Criteria, dll. Tapi seiring perjalanan waktu, semua itu bisa dipelajari dan beruntungnya, aku dapat mentor-mentor yang berpengalaman di tempat kerja dan mau membimbing.
Menurutmu, skill apa yang dibutuhkan supaya bisa sukses berkarier sebagai software QA engineer, dan bagaimana cara memupuk skill tersebut?
Skill yang fundamental untuk seorang QA menurut pandanganku adalah melakukan analisa serta menuangkannya ke dalam dokumentasi atau visualisasi yang terstruktur.
Lalu kemampuan dalam berkomunikasi juga tidak kalah penting buat QA, baik secara lisan atau pun melalui media lain. Seorang QA umumnya pasti bekerja di dalam sebuah team, kemudian dalam pekerjaannya seorang QA perlu untuk menyampaikan bagaimana sebuah bug ditemukan hingga bagaimana dampak dan resikonya.
Selain 2 hal tadi, Praktisi-praktisi QA keren yang sering aku kenal umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kritis dan berani bertanya ketika ada hal yang kurang jelas, atensi pada detail, memiliki perspektif yang luas dan kreatif dalam merancang test cases.
Untuk bisa mengembangkan hal-hal tersebut, menurutku kita memang perlu memperbanyak praktek dan terlibat dalam berbagai project. Dan tentunya, berkomunikasi dan sharing dengan sesama teman QA akan membantu kita untuk mempelajari banyak use cases serta solusi-solusi yang tepat untuk diterapkan.
Adakah pengalaman testing scenario yang paling sulit, dan bagaimana kamu mengatasinya?
Menurutku secara pribadi, testing skenario pembayaran adalah testing yang paling menantang karena memiliki logic yang kompleks dibelakang proses nya, memiliki banyak dependency dan integrasi dengan banyak team bahkan third party, dan cukup membuat stress juga karena bug yang kecil saja akan menimbulkan komplain yang keras dari user atau bahkan kerugian finansial perusahaan.
Ketika menghadapi hal tersebut aku sebisa mungkin selalu mencatat dan melaporkan temuan anomali sekecil apapun itu, dan akan meminta review dan masukan terkait test cases yang sudah dibuat baik itu ke Project Manager ataupun Developer-nya.
Bagaimana caramu berkolaborasi dengan Developer dan Stakeholder untuk memastikan kualitas produk?
Berkomunikasi dan berkolaborasi dengan PM serta Developer adalah aktivitas sehari hari dari seorang QA.
Berkolaborasi dengan Developer untuk menjaga quality bisa dengan cara kita memberikan referensi test cases yang sudah kita buat, kemudian berdiskusi bagaimana caranya test case tersebut bisa dicover dan dieksekusi secara efisien, menentukan di layer apa test tersebut dieksekusi, apakah di unit test yang dibuat developer atau bahkan harus di end-to-end test yang biasanya dieksekusi oleh QA.
Adakah nasihat yang ingin kamu sampaikan buat temen-temen yang ingin berkarier sebagai Software QA Engineer, dan apa aja nih keunggulan profesi ini?
Jangan langsung buru buru dengan automation, pelajari basic concept, jenis jenis testing dan SDLC.
Ketika terjun ke Software Development, suatu hari pasti mau tidak mau akan bersentuhan dengan coding atau bahasa pemrograman. Tapi tidak usah khawatir, kita bisa meningkatkan value diri dengan mulai memahami hal-hal yang dikerjakan oleh developer, ketika ada issue atau bug coba ikutan untuk mengerti apa yang sebenarnya menyebabkan error.
Biasakan dan beranikan membaca sumber pembelajaran dengan bahasa inggris, agar lebih memiliki banyak referensi.
Adakah anggapan keliru tentang profesi Software QA Engineer, dan bagaimana mengatasinya dan membuat banyak temen-temen tertarik dengan profesi ini?
QA posisinya lebih “rendah” dibanding Backend, Forntend atau Mobile App Engineer, aku rasa itu juga misconception yang umum, menyangka bahwa QA tugasnya hanya mengevaluasi pekerjaan posisi lain. Padahal seorang QA di level tertentu juga harus memantain kode automation test yang ia buat, membangun pipeline dan tools pendukung lainnya.Menjadi seorang QA secara knowledge domain juga cukup menantang karena harus bisa switching context memahami berbagai hal yang akan di test, dan suatu hari harus berhadapan dengan Mobile App, kemudian di lain hari harus berhadapan dengan matrik-matrik pada performance testing.
Kalo misalnya ada orang yang ingin jadi QA untuk menghindari coding, menurutku itu adalah motivasi yang kurang pas, karena pada akhirnya untuk terus mengembangkan diri kita di bidang QA kita tetap akan bertemu dengan coding.
Tren teknologi QA apa aja yang kamu sukai, dan bagaimana menurutmu tentant prospek karier di bidang ini ke depannya?
Saat ini lagi hype banget mengenai AI, dan proses Quality Assurance pun aku yakin akan terdampak dengan diimplementasikannya AI ini. Sejauh ini belum menemukan use case yang matang dan seratus persen akurat namun proses-proses seperti membuat test cases hingga membuat dan memaintain script automation testing sepertinya sebentar lagi akan semakin mudah.
Apakah posisi QA akan terancam? kayanya tidak juga dari sisi kita yang harus terus menyesuaikan cara kerja dan mengadopsi cara baru yang lebih efisien.