Kini, profesi Software QA Engineer kian banyak diminati dan juga dibutuhkan oleh banyak perusahaan. Semakin maraknya kebutuhan akan software di dunia teknologi kini juga membuatnya menjadi salah satu profesi idaman banyak orang. Jika kamu salah satunya, kamu membutuhkan pedoman dari ahlinya agar lebih kenal dengan profesi yang satu ini.
Untuk membantumu mendapat gambaran yang jelas tentang profesi Software QA Engineer, Kami telah berbincang dengan Idris Ardi, Software QA Engineer senior dengan 7 tahun pengalaman dan kini merupakan salah satu pengajar kami di kursus QA Engineering. Yuk, langsung saja simak wawancara lengkap berikut.
Kamu memiliki pengalaman kerja sebagai QA Analyst and QA. Apa perbedaan keduanya?
Ketika kita berbicara soal Software QA, kedua posisi itu pada dasarnya sama. Sama-sama mengetes suatu aplikasi atau sistem supaya mencapai Bugs free dan bisa mencapai kesesuaian dengan requirement yang diberikan diawal project.
Hal dasar yang membedakan adalah, QA Analyst rata-rata terlibat dari awal dalam sebuah project. Karena memang harus melalukan analisa terhadap requirement yang diberikan Product Manager sebelum melakukan testing.
Sedangkan QA atau QA Tester biasanya terlibat ketika masa pengetesan saja, tanpa tahu bagaimana awal dari project ini.
Dibeberapa perusahaan terkadang QA Analyst dan QA tester itu seperti tidak ada bedanya, soalnya jarang sekali ada perusahan yang punya definisi QA Analyst dan QA Tester itu sama dengan perusahaan lain.
Bagaimana Anda beralih karier dari business analyst ke Software QA Analyst? Apakah 2 bidang itu masih terkait?
Ini berawal ketika saya masih duduk dibangku kuliah di President University, kalau tidak salah itu masih di Semester 7, waktu itu memang kampus saya encourage mahasiswanya untuk ambil Internship. Pihak kampus juga menyediakan banyak lowongan yang bisa kita ambil melalu channel dikampus atau bisa kita cari sendiri. Saya ingat waktu itu saya diberitahu Astra International Head Office di Sunter lagi cari anak-anak Intern untuk ditempatkan di Project Management Office. Tanpa nunggu lama saya submit CV saya, tapi pada saat itu saya belum tahu posisinya jadi apa. Jadi memang kalau tidak salah lowongannya cuman cari Anak intern, nanti pas udah diterima baru dibriefing bakal jadi posisi apa.
Alhamdulillah, saya pun diterima dan langsung diberitahu kalau saya akan jadi Business Analyst Intern, Jujur pada saat itu saya belum tahu harus apa, akan tetapi saya bersyukur dapat Mentor yang mau membimbing dan mengajari saya tentang Business Analyst itu seperti apa. Pada saat itu juga, mentor saya menyeliplkan task-task yang berhubungan dengan QA. Itulah awal saya tau ada posisi dalam pekerjaan real life yang namanya QA. Mulai dari situ saya coba perdalam sedikit-dikit. Walaupun ketika saya melamar pekerjaan pertama saya di tahun 2014 saya mencoba jadi Business Analyst lagi, tapi karena kantor saya waktu itu lebih butuh Junior QA, jadinya saya ambil tawaran itu, dan sampai sekarang saya masih betah jadi QA.
Berbicara soal terkait apa tidak, sebenernya Business Analyst itu agak mirip-mirip sama Product Manager, jadi bisa dibilang masih terkait, walaupun keterkaitannya tidak terlalu dekat. Business Analyst terlibat di pra-project, karena harus menganalisis proses, sistem, dan produk yang sudah ada untuk diolah lagi menghasilkan keputusan baru yang lebih baik. Sedangkan QA lebih terlibat ketika project itu sudah berjalan sampai dengan project itu dideliver ke public.
Baca Juga: QA Engineer adalah
Apakah penting untuk memiliki domain area of expertise untuk QA? Bagaimana menentukannya? Dan apa domain area of expertise kamu?
Sangat penting, apalagi jika kita sudah berada di posisi senior dengan pengalaman lebih dari 5 tahun, Kita harus menguasai 1-2 are agar kita bisa bersaing dengan QA-QA baru, supaya bisa lebih menonjol.
Cara untuk menentukannya bisa dilihat ketika kita sudah berada di Level Middle/Intermediate QA atau kira-kira antara 2-3 tahun bekerja. Disitu kita bisa menentukan apakah mau tetap jadi QA manual atau loncat ke QA automation.
Selain itu kita juga bisa menentukan untuk jadi Individual Contributor atau jadi Managerial. Untuk menentukan ini kita butuh bimbingan dari Lead/Manager kita. Karena tidak bisa menentukannya sendiri, butuh adanya feedback dan monitoring. Juga bergantung kepada kebutuhan perusahaan tempat kita bekerja, beberapa perusahaan yang sudah stabil dan besar jarang memberikan kesempatan itu. Seringnya terjadi di perusahaan baru dan perusahaan IT consultant
Area of expertise saya adalah QA Analyst. Saya ada kuat di analisa suatu requirement dalam sebuah project. Dikantor saya sebelumnya juga saya diperkerjakan untuk jadi QA yang review test cases dan menjadi Buddy untuk QA baru. Saat ini juga saya masih jadi Individual Contributor.
Project apa yang paling kamu banggakan dan mengapa?
Grab Merchant. Saya banggakan karena pertama kalinya saya ikut project dari awal, sebelum aplikasi itu rilis ke publik. Yang bikin saya bangga adalah saya ikut membantu project dari sisi Onboarding prosesnya. Jadi saya mengetes bagaimana si user yang tadinya untuk onboarding masih manual, sekarang jadi bisa melalui aplikasi. Yang tadinya butuh waktu berminggu-minggu, jadi hanya dalam hitungan hari. Dalam project ini juga saya terlibat dalam pengetesan QRIS. Sebelum QRIS itu nge-tren seperti sekarang.
Baca Juga: Apa Itu Tujuan Karir: Jawaban, Pengertian, dan Contohnya
Apa tantangan terbesarmu bekerja sebagai Software QA?
Tantangan terbesar adalah komunikasi antar Tim, seperti ke Product Manager dan Developer. Serunya, QA bisa jadi seperti Liason Officer. Karena ada beberapa PM dan Developer tidak memiliki komunikasi yang baik. Sering sekali ada perselisihan dan miskomunikasi. Ini mengakibatkan product/app yang kita test tidak sesuai dengan requirement.
Selain itu jadi QA harus memiliki persepsi yang berbeda. Kita dituntut punya persepsi jadi user yang gak cuman 1 persepsi. Misal, ada sebuah aplikasi Ojek Onlinel X yang memiliki fitur Register. Kita harus jadi user yang dimana selau update dan mengerti tentang teknologi dan kita juga harus bisa jadi user yang gaptek. Ini dibutuhkan untuk pembuatan testcase. Supaya test case yang kita buat gak cuman positive flow aja.
Apa hard dan soft skill yang paling penting bagi seseorang untuk berkembang dalam karir ini?
Hardskill yang perlu dimiliki seorang QA adalah kemampuan untuk memahami spesifikasi sistem, ini adalah modal paling dasar yang harus dimiliki seorang QA. Karena untuk bisa mengetes suatu aplikasi atau sistem, kita harus paham dulu sistemnya seperti apa. Tidak cuman luarnya aja, tapi juga flownya. Misal ada sebuah fitur mesin ATM, seorang QA itu harus tahu tidak hanya luarnya saja, maksudnya adalah User Interfacenya, akan tetapi juga bagaimana ATM itu bekerja secara Backend.
Karena bisa aja ketika UI nya tidak ada bug, ternyata Backendnya ada bug.
Hard skill lainnya adalah mahir menggunakan Test Case management dan Bug tracking. Karena 2 hal ini adalah yang akan sehari-hari QA gunakan dalam bekerja. Jadi tidak cuman hanya tahu secara teori testcase yang bagus itu dan juga cara membuat bug yang baik itu seperti apa, tapi juga kita harus bisa menggunakan aplikasinya. Kalo bisa tidak cuman 1 aplikasi, minimal 2 aplikasi kita tahu dan mahir.
Untuk Soft skill yang saya mau garisbawahi adalah skill untuk bisa berempati. Untuk bisa paham akan sebuah requirement, QA harus memahami stakeholder lain seperti developer, User, Product Manager, bahkan QA lainnya dan mempertimbangkan apa yang menjadi sudut pandang mereka. QA yang memiliki empati dan benar-benar memahami suatu product dengan benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan sebuah aplikasi atau sistem yang sukses.
Memahami prioritas klien adalah komponen penting dari perilaku empati. Untuk mencapai hal ini, QA harus dapat mengajukan pertanyaan yang tepat untuk mengetahui apa yang signifikan dari sudut pandang mereka.
Soft skill lain adalah Perhatian terhadap detail. Didalam pengembangan sebuah aplikasi atau sistem sebagian besar dilakukan di ruang “tak terlihat”. Aplikasi atau sistem diwakili oleh kumpulan kode yang tidak berwujud. Oleh karena itu, seorang QA harus dapat mengidentifikasi kelemahan dan kesalahan kecil dalam kode sistem serta spesifikasi yang membuat aplikasi terbaik. Sangat penting bahwa seorang QA menjadi penjaminan kualitas yang dapat memeriksa dan memeriksa ulang wilayah sistem yang rentan terhadap issue/bug dan bisa memperkirakan kira-kira ada issue gak sih kedepannya.
Sebagai tambahan, jangan lupa untuk punya soft skill berkomunikasi dengan baik dan bisa jadi problem solver.
Apakah QA memerlukan keterampilan coding? Banyak orang bilang kita harus menguasai bahasa pemograman Python dan Java terlebih dahulu. Apa benar?
Untuk Junior QA saya rasa tidak terlalu butuh ya. Karena dari job detail seorang junior QA hanya dibutuhkan soft skill yang saya sebut dipertanyaan sebelumnya.
QA termasuk posisi yang sangat open kepada siapapun dari luar Technology yang ingin coba kerja di bidang IT tanpa background coding.
Sebenernya bukan kemampuan bisa ngodingnya sih. Tapi lebih ke baca sebuah codingan. Membaca sebuah codingan itu bisa dipelajari dan bisa dilakukan oleh siapapun, namun untuk bisa membuat codingan dari 0, baru itu butuh keterampilan. Kemampuan membaca coding akan lebih dibutuhkan ketika seorang QA sudah jadi Senior.
Soal Python dan Java, ada benarnya. Karena kedua bahasa pemograman itu benar-benar mengajarkan kita hal-hal basic dalam pemograman. Tapi perlu diingat, bisa coding bukan mandatory thing ya untuk QA pemula.
Adakah tips dan trik untuk pembaca kami yang ingin beralih karier ke Software QA?
Saya simpulkan jadi beberapa poin.
- Memiliki pola pikir untuk ‘break’ sesuatu.
- Memiliki mata dan niat untuk menemukan issue dalam sebuah aplikasi.
- Biasakan bertanya banyak dan banyak pertanyaan.
- Dapat memahami dan mendalami aplikasi secara maksimal.
- Bisa melihat sesuatu dari berbagai persepsi.
- Bisa membuat banyak test case yang berbagai macam.
- Selalu menjaga perspektif user saat melakukam testing.
Apakah menurut kamu lebih banyak orang harus mengejar karir di bidang ini? Mengapa?
Saya merasa harusnya QA di masa sekarang bisa lebih banyak lagi. Karena pengalaman saya di kantor yang lama, kebanyakan QA itu jumlahnya lebih sedikit dibanding Software Engineer. Hal yang selalu ditemui oleh para QA manager/ QA lead adalah mencari QA. Jadi saya berharap makin banyak QA dimasa yang akan datang. Tidak hanya banyak, tapi juga kualitasnya bagus-bagus.
Maka saya menyarankan kepada orang yang mau jadi QA, jadilah QA yang terbaik, tidak hanya hard skill yang kalian tampilkan, tapi juga soft skill. Karena banyak QA yang hard skillnya bagus, memukau, tapi soft skillnya nol besar. Jangan berkecil hati kepada Junior QA yang minder gak bisa coding atau automation, yang penting kalian ada niat dan kemauan belajar serta attitude kalian juga harus bagus.
Apakah menurut kamu masa depan Software QA Engineering menjanjikan? Mengapa?
Peluang kerja sebagai QA sampai saat ini masih banyak dan kedepannya juga akan makin banyak lagi. Dikarenakan semakin kedepan pasar pengembangan software akan lebih banyak. Tidak cuman aplikasi yang sudah ada yang semakin berkembang dan melebarkan sayap. Ditambah dengan muncul banyak aplikasi baru dari perusahaan baru yang sekarang makin menjamur. Intinya, selama software itu masih dipergunakan, QA akan selalu dibutuhkan.
Nah, sekarang kamu jadi punya gambaran kan tentang gimana keseharian seorang Software QA Engineer? Dari wawancara tersebut, kita jadi tahu bahwa seorang QA Engineer penting untuk memiliki skill critical thinking, Memiliki mata dan niat untuk menemukan issue dalam sebuah aplikasi, dan memiliki kebiasaan bertanya banyak pertanyaan. Selain itu, hard skill yang perlu dimiliki untuk menunjang pekerjaan adalah kemampuan menggunakan Test Case management dan Bug tracking sebagai modal paling dasar.
Menurut Idris, jika kamu ingin memulai profesi mejadi seorang Software QA Engineer, tidak perlu minder jika tidak bisa coding atau automation, yang terpenting adalah niat dan kemauan belajar serta attitude.
Jika kamu sedang ingin mempelajari skill QA Engineering, cek kursus QA Engineering kami dan buat langkah pertamamu dalam memulai karir di dunia IT!